Jumat, 22 Januari 2021

Kesepian...


Iya, kesepian..

Lonely...

Perasaan yang bisa muncul bahkan saat kamu berada di tengah keramaian atau bahkan saat kamu dikelilingin orang-orang yang kamu sayang.

Ga ada yang salah dengan kesepian.

Ga ada.

Karena lagi dan lagi, ga ada yang salah di dunia ini.
Tergantung bagaimana kamu memandang dunia dan bagaimana kamu menafsirkannya.

Yang aku tau, kesepian bisa menjadi akar semua masalah.

Karena kesepian bisa membuat kamu berusaha mencari kebahagian.
Yang tanpa kamu sadari ternyata kebahagian itu hanyalah semu…

Karena kesepian bisa membuat kamu ingin dilihat bahagia oleh orang-orang.
Yang tanpa kamui sadari ternyata semua usaha itu malah semakin membebani dirimu sendiri…

Yang aku tau, semakin besar keinginan kamu ingin terlihat bahagia, semakin besar pula rasa kesepian yang ada di hatimu.

Atau…
Semakin besar masalah yang ada di dirimu yang ingin kamu tutupin.

Atau…
Semakin besar rasa denial dirimu terhadap kenyataan yang ada.

Enggak,
Lagi-lagi enggak ada yang salah dengan semua itu.
Enggak ada..

Setiap orang punya caranya masing-masing untuk bertahan dan berjuang di dalam kehidupan ini.
Entah itu untuk menutupi rasa kesepian, menutupi masalah hidupmu ataupun untuk denial saja.

Tapi kalian harus ingat, semua itu ada batasnya.

Tidak baik terus-terusan berlagak baik-baik saja saat kamu tau kalau kamu sebenarnya tidak baik-baik saja.

Kamu mungkin bisa berpura-pura, tapi alam sadarmu tidak akan pernah bisa berpura-pura.

Saat kamu merasakan lelah yang luar biasa padahal kamu sedang tidak melakukan aktivitas yang berat, ketahuilah bahwa alam bawah sadarmu sedang berontak.

Alam bawah sadarmu ingin memberi sinyal kepada diri mu kalau kamu sedang tidak baik-baik saja dan memohon untuk berhenti berpura-pura.

"it's okay to not be okay", kata mereka.

Mungkin itu hanya sebuah kalimat.
Tapi itu akan menjadi sebuah kalimat yang penuh arti bagi yang paham.

————————————————————————————————————-—————
Samarinda, Oktober 2019.
Emmy Martianty.
note to myself.
————————————————————————————————————-—————


NB: 
Sepertinya tulisan ini lupa saya posting, dan pada hari ini, 22 Januari 2021, saat saya baru membuka lagi Blogspot saya ini, saya baru menyadarinya. Ehe.
Kebetulan, lagi dan lagi, saya masih relate dengan tulisan ini.
Yah namanya juga hidup, ya...
Masalahnya sebenernya itu-itu aja, cumen level-nya aja yang makin meningkat.

 

Jumat, 04 Agustus 2017

Senja

Senja.

Entahlah..
Saya juga tidak terlalu paham perbedaan senja, lembayung senja atau matahari tenggelam.

Yang saya tau, saya suka melihat langit saat matahari akan tenggelam dan saat telah tenggelam.

Warnanya.

Suasananya.

Langitnya.

Cantik.

Sangat cantik.

Ah, saya terlalu bingung bagaimana menjelaskan perasaan saya ke dalam kata-kata.
Mungkin sama rasanya saat saya tidak tahu bagaimana menjelaskan perasaan saya terhadap orangtua dan saudara saya.

Atau memang saya yang tidak pandai berkata-kata?

Ah, sudahlah.
Yang terpenting, saya adalah penikmat dan pengagum senja.

Tetapi saya cukup sedih karena sekarang waktu saya untuk menikmati senja semakin berkurang.
Sama halnya dengan waktu bersenang-senang saya yang juga semakin berkurang.

Ah, tapi bukankah di dunia ini memang tidak ada yang abadi?
Lalu untuk apa saya mengharapkan sesuatu yang tidak abadi?
Sama halnya dengan saya yang mengharapkan kehidupan di dunia ini berjalan dengan baik,
Padahal saya sendiri tahu kalau yang harus dikejar itu adalah akhirat bukannya dunia.

Hmmmm… bukankah manusia memang egois?
Meskipun tahu benar apa yang boleh dan apa yang dilarang oleh Tuhan,
Manusia masih tetap ingin melakukan yang dilarang,
Dengan memakai tameng “penasaran” dan “ingin merasakannya”.

Jadi, apakah senja juga egois karena tidak mau membiarkan saya menikmatinya sesering dulu?
Tidak.

Karena yang egois adalah pagi dan malam.

Kenapa?
Karena mereka memberikan waktu yang sangat sedikit sekali untuk senja keluar.

Jadi, apakah saya menyalahkan pagi dan malam?
Bukankah pagi dan malam adalah ciptaan Tuhan?
Tidak. Tidak.
Bukan seperti itu..

Hmmm.. tapi manusia memang seperti itu.
Terkadang menyalahkan ciptaan-Nya.
Terkadang malah menyalahkan Sang Pencipta itu sendiri apabila terjadi sesuatu yang tidak sesuai dengan keinginan mereka.

Jadi siapa yang Egois?
Jawabannya adalah saya sendiri.
Karena saya membawa-bawa manusia lainnya yang belum tentu seperti itu semua.
Saya hanya ingin mencari teman untuk kesalahan yang saya buat.
Saya ingin melakukan pembenaran dengan ikut menyalahkan orang lain.

Jadi saya orang yang jahat?
Ya. Mungkin.

Jadi alangkah baiknya jika saya dan mungkin kita semua saling intropeksi diri tanpa harus mencari kesalahan-kesalahan orang lain dan mencari pembenaran ke orang-orang untuk menunjukan kalau kita ‘benar’.
Karena seperti yang kita ketahui dengan pasti,
semua kebenaran sendiri hanya ada pada Tuhan.

Samarinda.

2016.

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------

Nb:
Tulisan saya lainnya yang sudah saya tulis setahun lalu tapi saya baru ingat untuk mempostingnya di tahun 2017 ini. :) 
Hmmmm.. sepertinya tahun lalu saya agak mellow entah karena apa? tapi yang jelas bukan masalah percintaan tapi mungkin lebih ke masalah jati diri~

Kamis, 03 Agustus 2017

Kopi dan Gula.

Kopi pertama pagi ini………

Hmm.. saya lupa.
Saya bukan peminum kopi.
Saya tidak menyukai kopi.
Karena pahit? Mungkin.
Mungkin bagi saya, kehidupan saya sudah sangat pahit jadi tak usahlah menambah kepahitan lagi.

Tapi…
Ada kalanya saya terpaksa meminum kopi.
Kopi dengan gula yang sangat banyak.
Bahkan mungkin lebih banyak gulanya daripada kopinya.
Mungkin saya melakukannya untuk menyamarkan rasa pahit kopi dengan rasa manis gula.
Padahal saya tahu, rasa manis gula itu sesungguhnya hanyalah ilusi semata.
Iya, bagi saya gula adalah penipu ulung yang pintar menyembunyikan rasa pahit kopi.
Sama seperi sifat saya terhadap orang yang sesungguhnya saya benci.
Palsu. Iya, palsu.

Karena itu…
Saya lebih suka meminum minuman yang manis.
Tapi bukan manis yang berlebihan.
Karena gula yang terlalu banyak pun akan membuat peminumnya merasa eneg.
Sama seperti sifat saya terhadap orang yang (mungkin harus) saya hormati.
Sekedarnya saja, tidak perlu berlebihan dan terlihat seperti penjilat.

Tetapi…
Terkadang saya berpikir,
Meskipun saya tidak meminum kopi, mengapa semakin bertambahnya hari, hidup saya semakin terasa pahit?
Ah, mungkin memang saya saja yang tidak sadar jika saya sendiri yang membuat hidup saya semakin pahit.

Dan juga…
Meskipun saya menggunakan gula dengan ala kadarnya, mengapa semakin bertambahnya hari, hidup saya semakin terasa eneg?
Ah, mungkin  memang saya saja yang sebenernya tidak suka manis dan hanya menjadikannya tameng untuk menghindari rasa pahitnya kopi.
Sehingga saat menggunakan sedikit saja saya sudah merasa eneg.

Dan akhirnya saya menyadari satu hal, saya hanyalah seorang munafik besar yang selalu menganologikan kopi sebagai penambah kepahitan hidup saya apabila saya meminumnya dan menganologikan gula sebagai penetralisir pahitnya rasa kopi agar hidup saya tetap terasa manis.

Saya terlalu menyalahkan kopi dan sangat mengagungkan gula.

Padahal tanpa kopi dan gula pun hidup kita akan selalu dipenuhi rasa pahit dan manis, bukan?


-----------------------------------------------------------------------------------------------------------

Nb:
Jujur aku suda lupa banget kalau pernah nulis ini, aku nemuin tulisan ini di folder draft tulisan-tulisan ku yang kebanyakan belum selesai. Kalau aku liat tanggal filenya sih, 11/.06/2016.
UDAH SETAHUN LALU! pantesan aja aku lupa.....................
But i was little suprised (as always) kalau aku bisa nulis tulisan model beginian. 
Ya gitu, kok bisa (mayan) keren gini yak tulisannya.  HAHAHAHA.

Sumpah demi apa banget deh lu em muji diri lu sendiri. -___-

Senin, 26 Desember 2016

Terima kasih Tuhan.. Terima kasih 2016..

2016..

Terima kasih Tuhan..

Terima kasih untuk satu tahun yang amat sangat berharga..

Terima kasih untuk satu tahun yang memberi hamba banyak pelajaran baru..

Terima kasih untuk satu tahun yang mengajarkan hamba untuk bangkit setelah jatuh terpuruk..

Terima kasih untuk satu tahun yang membuka mata hamba menjadi  lebih lebar akan kejamnya dunia..

Terima kasih untuk satu tahun yang membuat hamba lebih mengenal beberapa tipe sifat manusia..

Terima kasih untuk satu tahun yang menambah keyakaninan hamba untuk memilah mana orang yang dapat dijadikan teman dan dipercaya mana yang tidak..

Terima kasih untuk satu tahun yang mengisi pundi-pundi tabungan saya dengan sukses.. HEHEHEHE~

And last but not least, Terimakasih Tuhan untuk waktu satu tahun lagi yang Kau berikan pada hamba, Ayah Hamba, Ibu Hamba, Kakak-Adik Hamba, Keponakan-Keponakan Hamba dan semua orang-orang yang Hamba kasihi untuk hidup. Terimakasih Tuhan, saya benar-benar berterima kasih akan kemurahan hati-Mu..

---------------------------------------------------------------------------------

2017..

Ada satu harapan yang ingin saya capai dari kamu..

Yaitu (pacar) saya pengen banget bisa sekolah lagi, entah itu ambil S2 atau ambil profesi atau ambil course atau ambil sertifikat, yang mana aja yang penting belajar lagi, deh. Hehe.

Karena dalam setahun kemaren saya benar-benar tidak ada belajar dan jujur saya kangen~


Yahhhhh.. pokoknya AMIN~~~~~~

Jumat, 28 Oktober 2016

SANDIWARA

Pernah ga sih kalian mikir kalau dunia ini adalah panggung sandiwara terbesar?

Bukan cumen hidup kita aja yang penuh sandiwara, tapi semua aspek dalam kehidupan kita di dunia ini.

Duh, aku sebenernya rada males nulis hal yang sensitif. Karena kalau sudah ngomongin hal ini otomatis pembahasan akan menjurus ke hal-hal yang sensitif. Seriously, aku ga pengen ada yang salah paham dan memicu perdebatan. Karena aku sama sekali ga suka sama yang namanya debat,

Kalo debat tentang hal yang pasti misalnya tentang ilmu pengetahuan seperti matematika, maybe, aku masih bisa terima (meskipun ilmu pengetahuan pun masih banyak mengandung unsur yang diperdebatkan, tapi seengaknya kita tau kalau matematika adalah salah satu ilmu pasti, CMIIW). Tapi kalau udah debat pendapat, aku sama sekali ga suka dan berusaha menghindarinya sebisa mungkin.

Kenapa? Karena pendapat adalah hasil dari pemikiran dan cara pandang seseorang akan suatu hal. Dan setiap orang memiliki pemikiran dan cara pandangnya sendiri-sendiri. Aku ga boleh memaksakan pemikiran dan pendapatku ke orang lain begitupula sebaliknya, orang lain ga boleh memaksakan pemikiran dan pendapatnya ke aku.

Dan menurut aku juga, debat untuk hal-hal yang memang masing-masing punya keyakinan yang sama kuatnya itu adalah hal yang buang-buang waktu. Contoh? Agama. Disini aku sebagai muslim punya keyakinan yang kuat akan agamaku, begitupula dengan kalian yang mungkin beragama Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, Konghucu dll. Aku tidak akan ikut campur dengan pilihan dan keyakinan orang lain karena urusan itu adalah urusan pribadi masing-masing. Menghargai sesama dan tidak perlu menghakimi pilihan orang lain. Bukankah kita memiliki hak yang sudah ada sedari kita pertama kali lahir di dunia? Bukankah perbedaan itu indah?  :)

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...